Selasa, 09 Juli 2013

Kualitas Sperma Buruk, 1 dari 6 Orang

Jika seluruh pria di dunia kehilangan kemampuan untuk memproduksi sel sperma, umat manusia bakal mengalami bahaya kepunahan. Hal tersebut mungkin saja terjadi karena dalam 20 tahun terakhir kualitas sperma terus menurun.

Sebuah studi terbaru menunjukkan, paparan sejumlah faktor sejak bayi masih dalam kandungan dan juga dalam tahun pertama kehidupan akan berdampak jangka panjang pada produksi spermanya di usia dewasa. Hal tersebut juga menyebabkan penurunan kesuburan.
 
 

Kesimpulan tersebut dihasilkan dari studi cohort yang diikuti selama 20 tahun. Para responden adalah 2.900 wanita yang hamil pada periode tahun 1989 dan 1991.

Bagian dari studi tersebut adalah uji testikel 423 pria berusia 20-22 tahun yang lahir dari para responden. Mereka diuji volume testikelnya, kualitas air mani, dan produksi hormon. Komposisi tubuh juga diukur untuk mengetahui distribusi lemak.

Para peneliti menemukan, 1 dari 6 pria memiliki kualitas sperma dibawah standar normal yang ditetapkan WHO. Sekitar 18,9 persen persen pria memiliki sperma dibawah ambang batas yakni 39 juta total sperma. Selain itu 17,5 persen pria memiliki jumlah sperma permilitemer di bawah ambang batas, yakni 15 juta sperma.

Bukan hanya itu, 26,4 persen pria memiliki sperma yang tidak mencapai standar normal WHO untuk kriteria tampilannya.

Ada banyak faktor yang bisa menjelaskan mengapa begitu banyak pria yang memiliki sel sperma berkualitas rendah. Pria yang ketika masih janin tergolong kecil di kandungan ibunya cenderung memiliki sperma dengan kualitas rendah di usia dewasa.

Pria dewasa yang memiliki sperma berkualitas baik adalah mereka yang ketika bayi tumbuh dengan baik dalam rahim ibunya.

Bayi dan anak-anak yang terpapar asap rokok juga beresiko memiliki kualitas sperma buruk.

"Pesan utama dari studi ini adalah untuk memiliki fungsi testis yang baik dan sperma berkualitas ketika dewasa, dimulai dari pertumbuhan yang baik sejak dalam kandungan, usia anak-anak, sampai remaja," kata Roger Hart, dari University of Western Australia, yang melakukan riset ini.

Pertumbuhan yang baik berarti sejak bayi berat badannya normal, tidak kurang dan tidak berlebih, di usia dewasa tidak merokok dan mengonsumsi obat terlarang.

Hasil studi yang dilakukan Hart ini mungkin dapat menjelaskan temuan-temuan lain yang menyebutkan pria yang kurang subur karena testisnya tidak bisa menghasilkan sel sperma beresiko lebih tinggi menderita kanker.

0 komentar:

Posting Komentar