ALANG ALANG
(Imperata cylindrica (L.)Beauv.)
Sinonim :
Lagurus cylindricus L. , Imperata arundinacea Cirillo.
Familia :
Poaceae
Nama
• Daerah :
Sumatera : naleueng lako, jih, rih, laturui, lalang, liah, oo, hilalang.
Jawa : alang-alang, kambengan, kebut lalang.
Kalimantan : halalang, tingen.
Sulawesi : hre, padang, padanga, padingo, deya, reja.
Nusatenggara : ambengan, re, atindolo, witu, kii, luo.
Maluku : ri, weli, weri, wela hutu, palate, putune, ige, weljo, kuso, kusu.
Irian : gombur, ruren, mesofou, ukua, mentahoi, matawe, urmamu, omasa.
Asing :
Inggris : cagon grass, satintail
Deskripsi Tanaman
Alang-alang merupakan herba menahun, tumbuh tegak, batang semu, berpelepah, tegak, tinggi mencapai 2 m. Berimpang, beruas-ruas, bermata tunas pada setiap bukunya. Daun berbentuk pita, permukaannya berbulu pendek dan kasar, pinggir daun bergerigi tajam. Pelepah daun merapat satu sama lain seolah membentuk batang, berbulu. Pembungaan berbentuk malai, warna putih. Biji kecil, tersusun dalam malai. Tumbuhan ini berkembang biak dengan biji dan rimpang (Djauhariya dan Hernani, 2004).
Syarat Tumbuh :
Alang-alang sangat toleran terhadap faktor lingkungan yang ekstrim seperti kekeringan, terbakar dan hara yang miskin, tetapi tidak toleran terhadap air tergenang dan suasana ternaung, tumbuh pada tanah-tanah yang terbuka atau sedikit ternaung. Daerah penyebarannya sangat luas yaitu meliputi 0-2700 m di atas permukaan laut, di daerah tropik dan subtropik. Sangat mudah berkembang biak dan tersebar melalui rimpang dan biji yang sangat ringan (Nasution, 1986).
Budidaya Tanaman :
Alang-alang adalah tumbuhan pawang atau pionir, tumbuh pada tempattempat terbuka, di hutan sekunder, tanah terlantar, di ladang-ladang, di tepi perkampungan, di pinggir jalan, di pekarangan, dan di taman bunga. Berbiak dengan rimpang dan biji. Rimpang di dalam tanah terdapat terutama pada kedalaman 0-20 cm, sangat tangguh, toleran terhadap kekeringan dan panas sehingga tidak mati walaupun daun alang-alang di atas permukaan tanah terbakar. Biji ringan dan mempunyai papus sehingga mudah diterbangkan angin. Daun kering dan papus
Sering dipergunakan burung untuk membuat sarang sehingga dapat membantu penyebaran alang-alang. Di Indonesia, alang-alang pada umumnya dianggap sebagai tumbuhan pengganggu/gulma. Ada baiknya sambil melakukan pembasmiannya, akar-akar tinggalnya dikumpulkan sebagai sediaan obat.
Kandungan Kimia :
Akar alang-alang mengandung terpenoid iso-arborinol, asam kersik, damar,dan senyawa kalium (Mursito, 2000).
Efek Farmakologis dan Hasil Penelitian :
Efek alang-alang menurunkan panas (antipiretik), peluruh kemih (diuretik), menghentikan perdarahan (hemostatik), menghilangkan haus (Wijayakusuma, 1994).
Penyakit Yang Dapat Diobati :
Rimpang: pelembut kulit; peluruh air seni, pembersih darah, penambah nafsu makan, penghenti perdarahan. di samping itu dapat digunakan pula dalam upaya pengobatan penyakit kelamin (kencing nanah, kencing darah, raja singa), penyakit ginjal, luka, demam, tekanan darah tinggi dan penyakit syaraf. Semua bagian tumbuhan digunakan sebagai pakan hewan,bahan kertas,dan untuk pengobatan kurap. EFEK BIOLOGI dan FARMAKOLOGI Infusa rimpang alang-alang berefek sebagai diuretika, atas dasar peningkatan konsentrasi elektrolit (Na,K,Cl) urin tikus putih jantan. Pemberian infusa akar alang-alang dengan dosis 40, 50, 60, 70 g/kgBB berefek antipiretik pada marmot. Infusa bunga alang-alang pada konsentrasi 10% dengan dosis 12 ml/ kgBB berefek antipiretik yang relatif sama dengan suspensi parasetamol 10% pada merpati. Uji Klinik: Dekokta akar alang-alang dengan dosis 250-300 g, 2 kali pagi dan sore dapat menyembuhkan 27 kasus dari 30 penderita nefritis akut. Pada nefritis kronis, herba alang-alang dapat mengurangi edema dan menurunkan tekanan darah. Dekokta herba 250 g dalam bentuk tunggal maupun dikombinasikan dengan rimpang dan daun Nelumbo nucifera dan daun Agrimonia pilosa dapat mengobati epistaksis (mimisan), hemoptisis (batuk darah), hematuri (kencing darah), menorrhagia, dan perdarahan gastrointestinal bagian atas. Di samping itu dilaporkan juga bahwa dekokta akar alang-alang dapat efektif untuk pengobatan hepatitis viral akut pada 28 kasus; biasanya digunakan bersama-sama dengan Plantago asiatica, Glechoma longituba dan tunas Artemisia capillaris. Toksisitas: Pada pemakaian sesuai aturan, praktis tidak toksik. Efek yang tidak dfinginkan: Pusing, mual, adanya peningkatan rasa ingin buang air besar, kadang-kadang terjadi pada penggunaan klinik. Teknologi Farmasi: Selulosa daun alang-alang mempunyai daya serap terhadap air yang relatif cukup baik dalam pembuatan tablet secara cetak langsung.
Khasiat dan Cara Pemakaian :
1. Sakit kuning (hepatitis akut) dan pembersih darah :
Bahan : Akar alang-alang kering 60 g, air 3 gelas
Pemakaian :
Akar kering direbus dengan 3 gelas air hingga menjadi 1 gelas. Setelah dingin, air rebusan diminum 2 kali sehari masing-masing ½ gelas. Lakukan selama 10 hari berturut-turut (Djauhariya dan Hernani, 2004).
2. Radang ginjal akut :
Bahan : Akar alang-alang segar 100 g, air 3 gelas
Pemakaian :
Akar segar dicuci bersih, dipotong pendek, lalu direbus dengan 3 gelas air hingga menjadi 1 gelas. Air rebusan diminum setelah dingin 2 kali sehari masing-masing ½ gelas (Djauhariya dan Hernani, 2004).
3. Demam, batuk, darah tinggi, penambah nafsu makan, sesak nafas, muntah darah, pendarahan pada wanita dan pelembut muka :
Bahan : Akar alang-alang segar 60 g, air 3 gelas
Pemakaian :
Akar segar direbus dengan 3 gelas air hingga menjadi 1 gelas. Setelah dingin, air rebusan diminum 1 kali sehari masing-masing 1 gelas sebelum sarapan pagi (Djauhariya dan Hernani, 2004).
4. Kencing nanah :
Bahan : Akar alang-alang segar 300 g, air 3 liter
Pemakaian :
Akar segar dicuci bersih, dipotong pendek, lalu direbus dengan 3 liter air hingga menjadi 1-1,2 liter. Setelah dingin, air rebusan diminum 3 kali sehari masing-masing 1 gelas (Djauhariya dan Hernani, 2004).
5. Mimisan :
Bahan : Akar alang-alang segar 30 g, air 400 cc
Pemakaian :
Akar alang-alang direbus dengan 400 cc air hingga tersisa 200 cc, kemudian airnya diminum selagi hangat. Lakukan secara teratur dua kali sehari (Wijayakusuma, 1999).
(Imperata cylindrica (L.)Beauv.)
Sinonim :
Lagurus cylindricus L. , Imperata arundinacea Cirillo.
Familia :
Poaceae
Nama
• Daerah :
Sumatera : naleueng lako, jih, rih, laturui, lalang, liah, oo, hilalang.
Jawa : alang-alang, kambengan, kebut lalang.
Kalimantan : halalang, tingen.
Sulawesi : hre, padang, padanga, padingo, deya, reja.
Nusatenggara : ambengan, re, atindolo, witu, kii, luo.
Maluku : ri, weli, weri, wela hutu, palate, putune, ige, weljo, kuso, kusu.
Irian : gombur, ruren, mesofou, ukua, mentahoi, matawe, urmamu, omasa.
Asing :
Inggris : cagon grass, satintail
Deskripsi Tanaman
Alang-alang merupakan herba menahun, tumbuh tegak, batang semu, berpelepah, tegak, tinggi mencapai 2 m. Berimpang, beruas-ruas, bermata tunas pada setiap bukunya. Daun berbentuk pita, permukaannya berbulu pendek dan kasar, pinggir daun bergerigi tajam. Pelepah daun merapat satu sama lain seolah membentuk batang, berbulu. Pembungaan berbentuk malai, warna putih. Biji kecil, tersusun dalam malai. Tumbuhan ini berkembang biak dengan biji dan rimpang (Djauhariya dan Hernani, 2004).
Syarat Tumbuh :
Alang-alang sangat toleran terhadap faktor lingkungan yang ekstrim seperti kekeringan, terbakar dan hara yang miskin, tetapi tidak toleran terhadap air tergenang dan suasana ternaung, tumbuh pada tanah-tanah yang terbuka atau sedikit ternaung. Daerah penyebarannya sangat luas yaitu meliputi 0-2700 m di atas permukaan laut, di daerah tropik dan subtropik. Sangat mudah berkembang biak dan tersebar melalui rimpang dan biji yang sangat ringan (Nasution, 1986).
Budidaya Tanaman :
Alang-alang adalah tumbuhan pawang atau pionir, tumbuh pada tempattempat terbuka, di hutan sekunder, tanah terlantar, di ladang-ladang, di tepi perkampungan, di pinggir jalan, di pekarangan, dan di taman bunga. Berbiak dengan rimpang dan biji. Rimpang di dalam tanah terdapat terutama pada kedalaman 0-20 cm, sangat tangguh, toleran terhadap kekeringan dan panas sehingga tidak mati walaupun daun alang-alang di atas permukaan tanah terbakar. Biji ringan dan mempunyai papus sehingga mudah diterbangkan angin. Daun kering dan papus
Sering dipergunakan burung untuk membuat sarang sehingga dapat membantu penyebaran alang-alang. Di Indonesia, alang-alang pada umumnya dianggap sebagai tumbuhan pengganggu/gulma. Ada baiknya sambil melakukan pembasmiannya, akar-akar tinggalnya dikumpulkan sebagai sediaan obat.
Kandungan Kimia :
Akar alang-alang mengandung terpenoid iso-arborinol, asam kersik, damar,dan senyawa kalium (Mursito, 2000).
Efek Farmakologis dan Hasil Penelitian :
Efek alang-alang menurunkan panas (antipiretik), peluruh kemih (diuretik), menghentikan perdarahan (hemostatik), menghilangkan haus (Wijayakusuma, 1994).
Penyakit Yang Dapat Diobati :
Rimpang: pelembut kulit; peluruh air seni, pembersih darah, penambah nafsu makan, penghenti perdarahan. di samping itu dapat digunakan pula dalam upaya pengobatan penyakit kelamin (kencing nanah, kencing darah, raja singa), penyakit ginjal, luka, demam, tekanan darah tinggi dan penyakit syaraf. Semua bagian tumbuhan digunakan sebagai pakan hewan,bahan kertas,dan untuk pengobatan kurap. EFEK BIOLOGI dan FARMAKOLOGI Infusa rimpang alang-alang berefek sebagai diuretika, atas dasar peningkatan konsentrasi elektrolit (Na,K,Cl) urin tikus putih jantan. Pemberian infusa akar alang-alang dengan dosis 40, 50, 60, 70 g/kgBB berefek antipiretik pada marmot. Infusa bunga alang-alang pada konsentrasi 10% dengan dosis 12 ml/ kgBB berefek antipiretik yang relatif sama dengan suspensi parasetamol 10% pada merpati. Uji Klinik: Dekokta akar alang-alang dengan dosis 250-300 g, 2 kali pagi dan sore dapat menyembuhkan 27 kasus dari 30 penderita nefritis akut. Pada nefritis kronis, herba alang-alang dapat mengurangi edema dan menurunkan tekanan darah. Dekokta herba 250 g dalam bentuk tunggal maupun dikombinasikan dengan rimpang dan daun Nelumbo nucifera dan daun Agrimonia pilosa dapat mengobati epistaksis (mimisan), hemoptisis (batuk darah), hematuri (kencing darah), menorrhagia, dan perdarahan gastrointestinal bagian atas. Di samping itu dilaporkan juga bahwa dekokta akar alang-alang dapat efektif untuk pengobatan hepatitis viral akut pada 28 kasus; biasanya digunakan bersama-sama dengan Plantago asiatica, Glechoma longituba dan tunas Artemisia capillaris. Toksisitas: Pada pemakaian sesuai aturan, praktis tidak toksik. Efek yang tidak dfinginkan: Pusing, mual, adanya peningkatan rasa ingin buang air besar, kadang-kadang terjadi pada penggunaan klinik. Teknologi Farmasi: Selulosa daun alang-alang mempunyai daya serap terhadap air yang relatif cukup baik dalam pembuatan tablet secara cetak langsung.
Khasiat dan Cara Pemakaian :
1. Sakit kuning (hepatitis akut) dan pembersih darah :
Bahan : Akar alang-alang kering 60 g, air 3 gelas
Pemakaian :
Akar kering direbus dengan 3 gelas air hingga menjadi 1 gelas. Setelah dingin, air rebusan diminum 2 kali sehari masing-masing ½ gelas. Lakukan selama 10 hari berturut-turut (Djauhariya dan Hernani, 2004).
2. Radang ginjal akut :
Bahan : Akar alang-alang segar 100 g, air 3 gelas
Pemakaian :
Akar segar dicuci bersih, dipotong pendek, lalu direbus dengan 3 gelas air hingga menjadi 1 gelas. Air rebusan diminum setelah dingin 2 kali sehari masing-masing ½ gelas (Djauhariya dan Hernani, 2004).
3. Demam, batuk, darah tinggi, penambah nafsu makan, sesak nafas, muntah darah, pendarahan pada wanita dan pelembut muka :
Bahan : Akar alang-alang segar 60 g, air 3 gelas
Pemakaian :
Akar segar direbus dengan 3 gelas air hingga menjadi 1 gelas. Setelah dingin, air rebusan diminum 1 kali sehari masing-masing 1 gelas sebelum sarapan pagi (Djauhariya dan Hernani, 2004).
4. Kencing nanah :
Bahan : Akar alang-alang segar 300 g, air 3 liter
Pemakaian :
Akar segar dicuci bersih, dipotong pendek, lalu direbus dengan 3 liter air hingga menjadi 1-1,2 liter. Setelah dingin, air rebusan diminum 3 kali sehari masing-masing 1 gelas (Djauhariya dan Hernani, 2004).
5. Mimisan :
Bahan : Akar alang-alang segar 30 g, air 400 cc
Pemakaian :
Akar alang-alang direbus dengan 400 cc air hingga tersisa 200 cc, kemudian airnya diminum selagi hangat. Lakukan secara teratur dua kali sehari (Wijayakusuma, 1999).
0 komentar:
Posting Komentar